Kamis, 09 Juli 2015

MAU JADI APA KAMU?!


Biasanya : "Dikelas kerjaannya cuma gambar, mau jadi apa?"
Diganti dengan : "Wah gambaranya hebat, nanti kamu pasti bisa jadi pelukis! Nanti lukisin wajah ibu ya?"

Biasanya : "Dikelas tiap hari bawa gitar, mau jadi apa?"
Diganti jadi : "Wah kamu yang tiap istirahat main gitar yah? Nanti kalo albumnya udah keluar ibu bagi ya "

Biasanya : "Kejuaraan futsal selalu menang dan nilai olahraga selalu bagus tapi nilai pelajaran lain jelek, mau jadi apa?"
Diganti jadi : "Wah mantab kamu! Pasti kamu nanti yang jadi pemain utama Indonesia buat maju ke world cup! Iya dong! Ibu bosen lihat Indonesia gak masuk-masuk world cup! Nanti kamu yah yang mimpin! Gila, pas SMA aja kamu udah menang terus di semua perlombaan, kamu pasti bisa!"

Biasanya : "Tiap hari bawa kamera, mau jadi apa?
Diganti jadi : "Wah hebat... Kamu mau jadi sutradara ya? Nanti kamu nyusul ke Hollywood yah harumkan nama bangsa disana, kaya sutradara2 Indonesia yang sudah sukses disana, atau animator2 indonesia yangg sukses disana.. Semangat! Pasti bisa!

Itu tuh kata-kata yang tanpa sadar sering di ucapkan orang tua atau pun guru pada anak dan muridnya.
Menyemangati psikologis anak sebagai orang yang lebih tua, apa susahnya sih?
Kelihatannya hal sepele, tapi jadi orang tua itu kudu hati-hati, yang keluar dari mulutmu adalah pena-pena permanen di halaman-halaman putih polos anak-anak itu.


Menurut saya setiap manusia tidak pantas untuk di hina karena setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Namun kita sebagai orang yang menilai dapat memberikan kritik dan saran yang membangun. INGAT!!! Menghina & Mengkritik berbeda.

Menghina dapat diartikan dengan merendahkan, memperburuk nama orang lain dan juga menyinggung perasaan orang lain. Sedangkan, Mengkritik dapat diartikan menganalisa dan mengevaluasi sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan dan dapat pula membantu dalam pemberian ide-ide membangun.


Memang ada sebagian orang atau anak yang akan terpacu semangatnya ketika dianggap remeh oleh orang lain. Namun apakah semua karakter anak sama?

Bayangkan, berapa anak Indonesia yang seharusnya jadi musisi ternama, pemain bola melebihi kualitas David Beckham, Pelukis tersohor mengharumkan nama bangsa, dan lain-lain, DIBUNUH cita-citanya dalam fase ini, alhasil SEMUANYA jadi karyawan luntang-lantung yang gak tau arah idupnya sendiri, karena penyamarataan pemikiran dan hilangnya gairah karena cita-cita aslinya ditarik paksa. Nanti alasannya : "Biar realistis". Setau gue, dulu pas Alpha Edison bilang ke temen2nya bakal nemuin penerangan tanpa lilin, temen-temennya juga bilang hal yang sama : "Jadi realistislah". Dan sekarang layar HP dan PCmu pake lampu apa lilin?

Ntar pas udah pada di fase ini, jadi pengeluh : Hidup susah, LIFE SUCKS, I hate monday, bla-bla, dan jadilah 1838 miliar turunan bangsa pengeluh

MAU JADI APA? MAU JADI APA?

Saran saya kita sebagai orang tua, guru, kakak atau pun abang untuk tanamkan dalam diri anak atau adik rasa semangat dan katakan meraih kesuksesan itu tidak mudah perlu kerja keras dan usaha.


KEJAR cita-citamu & PEGANG TEGUH!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar